Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the spidermag-pro domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/artikelb234boke/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Cerita Sex Berhubungan Intim Dengan Ibu Yang Lagi Mandi - Artikel Bokep - Artikel Cerita Seks - Artikel Sex Dewasa - Cerita Dewasa

Cerita Sex Berhubungan Intim Dengan Ibu Yang Lagi Mandi

Cerita Sex Berhubungan Intim Dengan Ibu Yang Lagi Mandi

Cerita Sex Berhubungan Intim Dengan Ibu Yang Lagi Mandi

Comments Off on Cerita Sex Berhubungan Intim Dengan Ibu Yang Lagi Mandi

Saya sebelumnya cuma merencanakan akan tur ke Eropa sendiri, tapi saat saya menceritakan jika pada Bulan Juli kelak saya akan cuti sekitaran dua minggu, mereka mencecarku saya akan pergi ke mana. Tanpa mengharap apapun saya dengan polosnya menceritakan akan keliling Eropa. Saya tidak pernah ke Beberapa negara di Eropa, tapi dari narasi dan informasi yang kuketahui, banyak tempat menarik di situ.

Cersex Pembantu – Bila anda awalnya membaca serangkaian ceritaku dengan judul “HAREM”, karena itu tentu memahami jika saya bekerja sebagai therapis dengan cara refleksi dan hipnotis. Pasienku banyak khususnya sesudah saya sukses kurangi berat badan mereka yang tambun. Saya sebelumnya sempat kerepotan layani panggilan, hingga untuk batasi keinginan atau order, saya meminta managerku Bu Rini untuk meningkatkan ongkos therapy. Tetapi sesudah harga dinaikkan sampai termasuk mahal, keinginan therapy tidak stop. Narasi berkenaan itu telah saya jabarkan dalam HAREM.

Kembali lagi ke masalah rencanaku akan keliling Eropa, ada sekitaran delapan orang yang mengatakan tertarik. Mereka tertarik pergi bersama ku, karena mereka sebetulnya ialah beberapa pasienku yang telah fanatik. Jalanan ke Eropa untuk mereka bukanlah hal baru. Mereka ialah ibu-ibu yang banyak harta, tapi suka sekali berselingkuh dengan ku. Apa penyebabnya mereka menyukaiku, mereka punyai jawaban yang berbeda. Masalah itu saya tidak begitu ingin dipusingkan.

Opsi waktu untuk perjalananku ke Eropa ialah musim panas bulan Juli. Pada musim panas, saya yang terlatih hidup di alam tropis tentu tidak begitu susah sesuaikan cuaca. Kembali juga jika pada musim dingin tentu banyak kebatasan, dan beban menjadi berat. Karena harus membawa pakaian tebal, over coat ah banyaklah. Jika musim panas kan dapat hanya gunakan Tshirt.

Dari 8 ibu-ibu yang sebelumnya mengatakan akan turut, pada akhirnya cuma 5 yang selanjutnya pastikan turut. Mereka benar-benar semangat, dan keliatannya masing-masing punyai argumen untuk turut bersamaku. Ke-5 ibu-ibu itu kebenaran telah sama-sama mengenal, menjadi saya cukup enteng . Jika tidak kelak akan menjadi pekerjaan untuk mengakurkan antara sama-sama mereka. Mereka mohon pamit ke suami ingin tur ibu-ibu ke Eropa. Tentunya mereka sembunyikan keikutsertaanku. Mauku memang demikian.

Mereka semua dari kelompok the haves. Saya yang sebelumnya ingin back peckers berbeda menjadi 1st class tur. Mereka bersikukuh harus naik pesawat ” SA” dan kelas satu juga. Hotel-hotelnya penginnya bintang 5. Saya tidak dapat menampik tekad itu, karena mereka juga yang bayar semua ongkos ku. Pada akhirnya agenda yang semula telah tersusun rapi dan beberapa justru telah book, menjadi amburadul. Saya perlu satu minggu untuk atur lagi agenda dan hotel. Bagaimana saya tidak pening, mereka meminta harus kamar suite dan kamar yang bersebelahan, atau minimum satu lantai. Reservasi hotel yang ini penginnya agak sulit dan memakan waktu. Tetapi pada akhirnya semua terselesaikan dan penggetahuan ku menjadi semakin oke masalah atur perjalanan.

Tujuan kami yang pertama ialah Amsterdam Belanda. Penerbangan dari Jakarta berkunjung dahulu ke Singapura, lantas langsung ke Amsterdam. Sampai di situ pagi hari. Di Airport saya harus cari limosin dengan 6 seat. Kami segera ke arah hotel yang kupilih di downtown. Karena saya sebelumnya tidak pernah ke Amsterdam+ karena itu pemilihan hotel ya berdasar common sense saja.

Di Amsterdam agendanya tiga hari 2 malam. Kami mendapatkan 2 kamar suite yang lebih besar dan masing-masing kamar ditambahkan 1 extra bed. Sebetulnya untukku tidak butuh extra bed, karena sofa di dalam kamar dapat diganti jadi bed . Tetapi karena kami chek in berenam, karena itu front Office atur ada extra bed di setiap kamar.

Baru masuk juga kamar, ibu-ibu telah repot ingin jalanan ke departement toko. Saya meminta mereka bersabar untuk istirahat dahulu sekitaran 2 jam. Karena tubuh dari wilayah tropis harus disamakan dahulu dengan cuaca Eropa. Saya butuh waktu untuk pelajari kota ini, supaya ibu-ibu kelompokku kelak dapat toru bersama waktu yang efektif.
Saya sekamar dengan Bu Dina dan Bu Veni. Di dalam kamar lain gabung Bu Henny, Bu Vence dan Bu Shinta. Kamar yang kami menempati benar-benar eksklusif dan luas, ada ruangan tamu dan ada ruang tidur. Interiornya berpenampilan classic

Mulai dari airport sampai waktu chek in saya rajin kumpulkan edaran-brosur berkenaan Amsterdam dan Belanda. Saya sendiri telah mempunyai catatan beberapa tempat yang memikat buat didatangi. Tetapi dasar ibu-ibu tidak ada lokasi yang menarik selainnya tempat berbelanja.
Saya ambil peluang pertama untuk bersihkan diri dan bab. Dari pergi saya belum membuang hajat. Saya memahami jika saya menanti mereka mandi, tentu lama Sesudah tubuh fresh saya turun ke lobby untuk pesan MPV, untuk membawa kelompok.

Tersisa waktu di hari pertama kami dihabiskan untuk berkunjung sejumlah beberapa tempat berbelanja. Kebenaran Bu Vence beberapa kali sudah ke Amsterdam, menjadi ia mengetahui beberapa tempatnya.
Kami kembali lagi ke kamar sekitaran jam 9 malam. Tubuh telah capek sekali rasanya. Jetlag dan capek dari city tur barusan bersusun. Saya selekasnya bersihkan diri dan secara langsung berusaha tidur secepat-cepatnya. Sementara itu beberapa mami-mami sedang ramai sama barang yang mereka membeli barusan. Suara kemresek dari bingkisan rasanya tidak ada habis-habisnya. Saya tidak paham berapakah lama saya tertidur dan terjaga sebab menganggap suara di dalam kamar ini semakin ramai. Ternyata Bu Shinta, Hu Henny dan Bu Vence berada di kamar ini. Patut seperti pasar, ramainya.

Saya cuma dapat melihati mereka sekalian mainkan remote TV berubah-ubah kanal. Acaranya umumnya gunakan bahasa Belanda. Menyaksikan pay TV jemu, karena film XXX gitu-gitu , dan banyak di Jakarta. Pada akhirnya saya menonton discovery.
“Jay malam hari ini ada acara tidak,” bertanya Bu Shinta.
Saya jawab malam hari ini acaranya istirahat. Pada akhirnya mereka lagi ke kamar. Bu Dina telah masuk kamar mandi, Bu Veni tetap bersih-bersih. Mereka berdua sohiban, menjadi tidak ingin dibagi.
Saya sebelumnya sempat tidur 3 jam dan tubuhku telah berasa fresh, tetapi perut menjadi lapar. Jam di atas meja kusaksikan telah memberikan jam 12 malam, jika di Jakarta mungkin jam 5 sore. Jam badanku menuntut makan malam, walau sebenarnya barusan telah makan saat sebelum kembali lagi ke hotel.

Saya menyaksikan menu di helai room servis, yang memikat cuma steak. Rasa cuma itu yang saya memahami, yang lain tidak terang. Bu Veny kutawari makan ia cuma ingin kentang goreng dan Bu Dina meminta sandwich.
Order kami tiba dan dengan cepat Bu Dina yang baru usai mandi mengambil langsung bill dan diberi tanda tangannya dan tidak lupa menyisipkan panduan 5 euro. Waiternya manggut-manggut lantas berkata terima kasih. Eh ia tahu bahasa Indonesia ternyata.
Perut terasa kenyang, tubuh telah fresh dan ingin tidur kembali belum mengantuk. Saya kembali tenggelam melihat acara tv. Ini kali saya melihat aliran HBO dan filmnya lumayan bagus. Bu Dina yang duduk temaniku di ruangan tamu tidak tahan lama, matanya mulai berat dan pada akhirnya ia bergerak ke arah tempat tidur. Bu Veny yang baru usai mandi temaniku sekalian kunyah kentang goreng. Saya nikmati bir dari mini bar.

Sofa tempat kami melihat TV selanjutnya saya ganti jadi bed dan kami berdua melihat sekalian berbaring. ” Kamu pijetin saya donk Jay, kamu kan sudah tidur barusan ya, ” katanya.
Bu Veny lantas tengkurap dan saya mengawali ritus pijatan. Tubuh Bu Veny tetap kuat walau umurnya telah mendekati 40. Ia termasuk pasienku yang sukses turunkan berat sekitaran 15 kg. Kami seringkali terkait tubuh, menjadi tidak ada rasa malu kembali. Ia bahkan juga jika sedang horny kerap nelpon saya cuma untuk dipenuhi. Malam itulah ternyata menjadi horny sesudah 1/2 jam dipijat. ” Pijatnya udahan ah saat ini servis saja,” ucapnya sekalian menarik dan merengkuhku.

Saya selekasnya responsif. Saya mengawali ritus mencumbu Bu Venny. Dengan sentuhan lembut dan pergerakan yang lembut saya menciumi semua badannya sampai semua pakaiannya terkelupas. Ruangan tamu semenjak barusan telah diredupkan, TV telah mati. Set pertama ialah oral. Bu Venny termasuk paling sukai saya oral. Katanya oralku lembut. Sekitaran 30 menit saya pakai untuk mengoralnya di capai O 2x. Tetapi ternyata itu tidaklah cukup karena ia meminta saya menyebadaninya . Tekadnya tidak mungkin saya tolak, karena selainnya senjataku siap dari barusan, ia termasuk juga yang membayarkan saya untuk perjalanan ini. Saya tahu kekurangan Bu Venny ialah di posisi dog model. Sementara saya di posisi itu kurang sukai karena vagina rasanya kurang menjepit. Saya segera atur posisi wanita nungging. Dengan pergerakan garang saya pompa lubang vagina Bu Venny.

Entahlah mengapa ia dapat langsung on dan mendengus-dengus seperti lembu. Saya memang berusaha menusuk ke dinding di mana berada Gspot.. Baru 10 menit Ia segera roboh karena Orgasmenya, yang katanya nikmatnya sampai ke awang-awang. Karena kembali nungging walau ia jatuh telungkup saya tetap melanjutkan pemompaan. Kuatur supaya kdua kakinya rapat hingga memberikan imbas penisku lebih terjepit. Rasanya menjadi nikmat hingga aku juga pada akhirnya meledak, tapi ku semprot di luar. Permasalahannya saya kasihan pada Bu Venny yang telah lemas dan mengantuk berat harus bersusah-susah bersihkan V nya ke kamar mandi.

Sementara saya berasyik riang dengan Bu Venny Bu Dina telah mengorok. Saya kenakan pakaian lagi dan ingin start tidur, tapi rasa mengantuk tidak ada . Maka meneruskan menonton TV kembali. Tubuhku tetap meng ikuti jam Jakarta. Di Jakarta baru jam 9 malam, menjadi memang jam begitu umumnya saya belum tidur.
Belum film yang saya saksikan habis, Bu Dina telah bangun. Ia tergopoh-gopoh ke arah kamar mandi. Kepingin pipis ternyata. Sekembali dari kamar mandi ia mendekati Venny. ” Lho anak ini kok tidur di sini sich, ” kata bu Dina sekalian buka selimut. “Oh pantesan ternyata ia sudah supper (makan besar) lebih dulu ,” Bu Dina lantas tutup lagi selimut.

Ia lantas menggeretku masuk ke dalam kamar. Diambilnya minyak wangi, tubuhku di semprot di atas ke bawah, depan belakang. Saya menyangka ia ingin hilangkan wewangian Venny dari badanku. Bolehkah buat. Dikupasnya bajuku satu-satu, sampai bugil. Tangkai penisku belum berdiri, tetapi mulai berisi. Dalam posisi saya berdiri dari sisi tempat tidur dan ia duduk penisku diciuminya. Untung barusan telah kubersihkan dengan sabun . Maka tentu baunya harum.

Penisku diciuminya dan memulai dikulum-kulum. Diberlakukan demikian, penisku perlahan-lahan merekah dalam mulut Bu Dina. Ibu yang ini sukai sekali menggairahkan dianya lewat menggairahkan musuh bermainnya. Ia akan terangsang bila menyaksikan musuh bermainnya terangsang.
Awalnya ia mengulum perlahan-lahan lantas kadang-kadang mengisap. Seterusnya ia menjilat-jilat buah zakarku dan terkadang dicaploknya. Teganganku telah bangun 100 %. Menyaksikan saya terangsang, Bu Dina semakin giat mengulum bahkan juga berasa sekali ia benar-benar bergairah. Saya mulai turunkan dasternya dan meraba-raba ke-2 dadanya yang montok. Bu Dina lantas menolongku hingga di juga sekarang telanjang bundar. Saya disuruh terlentang lantas Bu Dina menciumi semua badanku. Saya menggelinjang-geliat kegelian dan meredam rangsangan. Bu Dina menjadi semakin semangat. Ia ternyata tidak tahan kembali lantas saya dikangkanginya. Bless batangku habis ketelan vagina Bu Dina. Ia lah yang mengontrol permainan hingga kemudian ia capai orgasme. Bu Dina jatuh tengkurap di tubuhku sekalian lubang kemaluannya tetap berkedut.

Saya ingin mengubah posisi, tapi ditahannya. Ia ternyata masih ingin pada posisi ini nikmati tersisa orgasmenya. Saya diam saja sekalian mengelus-elus punggungnya. Sesudah sekitaran 10 menit panggul Bu Dina mulai bergerak turun naik. Awalnya bergerak perlahan. Tetapi selanjutnya bergerak bisa lebih cepat sampai terkadang batangku lepas. Ia masukkan dan memompa lagi. Tidak senang pada posisi tengkurap, Bu Dina bangun lantas sekalian duduk bertimpuh ia lakukan pergerakan mundur-maju. Saya berusaha meredam rangsangan dan dalam posisi WOT itu bisa kulakukan. Bu Dina mulai bernada cukup keras hingga kemudian ia roboh menerpa lagi tubuhku. Peluhnya membsahi semua badan. Ia ternyata telah capai titik capek paling tingginya, hingga saat kubalik ia pasrah.

Gantilah saat ini saya mengontrol kondisi. Saya mulai memompa dengan pergerakan stabil. Bu Dina telah pasrah dan diam seperti tangkai pisang. Tetapi titik sesnsitifnya dalam vagina terkena gerus terus-terusan pada akhirnya ia menyeimbangi pergerakanku. Kami orgasme nyaris bersama. Saya terlebih dahulu beberapa menit. Sementara penisku berkonstraksi dalam vaginanya ia kesetrum juga ikut berkedut serta ia histeris lantas merengkuhku kuat sekali.

Sesudah surut saya bangun dan kekamar mandi pada kondisi bugil sekalian menenteng pakaian ku. Di dalam kamar mandi saya bersihkan diri lantas kenakan pakaian lagi. Handuk kecil yang berada di toilet saya basahi sama air panas lantas kuperas sedikit. Sekujur tubuh Bu Dina saya usap untuk menhilangkan sisa keringat, saya kembali untuk ke-2 kalinya dengan handuk panas dan ini kali khusus untuk bersihkan vagina Bu Dina yang menetes. Saya membersihkan celah-celah vaginanya dengan handuk panas sampai habis dan sisa lelehan cairan bu Dina dan spermaku ku tutup dengan bedak talk.

Kami bermain di atas bed cover menjadi sprei pada tempat tidur tetap bersih. Bu Dina takjub dengan ketekunanku. ” Jay sini ” panggil bu Dina yang telah membujur dan kututupi selimut. Diciumnya ke-2 pipiku, ” Terima kasih ya Jay, kamu perhatian sekali,” ucapnya yang selang beberapa saat mulai mengorok. Bu Dina tidur pada kondisi telanjang.
Bu Venny yang tetap tertidur di ruangan tamu ku bangunkan lantas kubimbing untuk tidur pada tempat tidur dari sisi Bu Dina. Ia masih mengantuk berat, hingga tidak peduli saat kubimbing ia pada kondisi bugil. Kumasukkan ia di dalam selimut dan kucium pipinya kanan kiri. Mukanya merekah senyuman sesaat ia pulas.
Saya masih ingin melihat TV, karena itu berbaring di ruangan tamu. Dan tidak sadar hingga kemudian tidur sekalian menggenggam remote.

Saya terjaga dan pikiranku masih cukup kebingungan. ” Saya di mana ya saat ini,” ada sekitaran 10 detik saya baru sadar. Saat ini berada di Amsterdam. Saya pimpin 5 ibu-ibu untuk tur ke Eropa. Saya jadi leader, tapi saya sendiri tidak pernah ke Eropa. Sementara itu peserta tourku semua pernah ke Eropa, khususnya ke Belanda.
Jam memperlihatkan 06 pagi. Ini hari acaranya akan berkeliling-keliling ke sejumlah kota dan ada satu acara yang telah kuatur untuk ibu-ibu ialah pertama berkunjung Heineken. Lantas makan siang di restaurant Indonesia.. Kemudian berkunjung pasar keju dan yang paling akhir ada acara surprise, yaitu belajar masakan belanda di dusun dekat kincir angin.

Saya selekasnya bebenah dan bersihkan tubuh. Rasanya tubuhku tidak begitu berkeringat, tetapi jika tidak mandi rasanya agak risi . Bu Dina dan Bu Venny masih tidur pulas. Usai saya mandi dan rapi dengan kaos oblong dan jean saya mengecek lagi agenda dan peta Belanda.
Ada deringan telephone. Suara itu menggugah ke-2 ibu. Saya selekasnya mengusung dan telah menyangka tentu dari kamar samping. Bu Henny bertanya, jam berapakah kita turun makan pagi. Saya pastikan masih tetap ada satu 1/2 jam kembali, Mereka bertanya masalah acara ini hari.

Bu Dina bangun dari tempat tidur dan bingung menyaksikan diriku. ” Pagi-pagi begini kok telah rapi rajin sangat ,” ucapnya sekalian mengucek-ngucek mata. Di lihatnya Bu Venny masih anteng tidur. ” Mari bangun sudah siang simak tuch sang Jay sudah rapi,” kata Bu Dina sekalian membuka selimutnya. Tadi malam Bu Venny tidur telanjang, Bu Dina .

Bu Venny teriak kecil sekalian tangannya tutup ke-2 payudaranya. Ia lantas kembali dan ganti menarik selimut yang tutupi Bu Dina. Bu Dina yang duduk di atas kasur tidak menduga akan mendapatkan balasan sekencang itu. ” Edan lu,” ucapnya bersungut-sungut dan ia semakin buka selimut yang tutupi Bu Venny. Mereka pada akhirnya sama-sama menelanjangi temannya.

“Ah tidak perlu malu, sang Jay sudah senang saksikan kita telanjang, ” kata Bu Venny lalu duduk telanjang sekalian bersila. Bu Dina pada akhirnya duduk bersila sekalian masih tetap bugil. Ke-2 ibu-ibu itu susunya montok-montok walau cukup sedikit turun. Tetapi cukup okelah untuk wanita di usia 40-an.
“Apa acara kita ini hari Jay,” bertanya Bu Dina.

Saya meminta mereka siap satu jam 1/2 kembali untuk bersama turun ke bawah makan pagi pagi. Bu Venny segera ke kamar mandi melangkah dengan badan bugilnya. Keliatannya ia kepingin, tidak tahu kepingin pipis atau bab.

Saya turun ke lobby untuk pastikan order mobil yang hendak kami sewa ini hari telah konfirm. Di lobby saya menghubungi calon guide yang saya contact semenjak tetap di Jakarta. Ia ialah gadis Belanda yang mempelajari bahasa Indonesia. Umurnya tidak jauh terpaut dengan saya. Semuanya sudah konfirm dan Vony begitu nama guide gadis Belanda itu akan datang di hotel kami jam 9 pagi.

Saya tidak kembali lagi ke kamar, tapi ke kamar samping di mana 3 wanita STW bermalam. Saat sebelum masuk kamar saya menghubungi dahulu dari lobby. Bu Shinta ternyata yang mengusung. Ia rupanya siap dan rapi, tetapi Bu Henny dan Bu Vence sedang mengatur barangnya mereka belum mandi dan cuma gunakan celdam saja. Bu Shinta mengusung telephone ku di dalam kamar mandi, menjadi perbincangannya tidak didengarkan rekan sekamarnya.

Saya meminta ia buka pintu kamarnya dan diamkan sedikit terbuka, saya akan masuk mendadak. Tidaklah sampai 5 menit saya telah di muka kamar mereka. Dengan pergerakan terendap saya masuk dan secara langsung ke arah ruang tidur. Bu Vence dan Bu Henny berteriak terkejut sekalian tutup buah dadanya.
Pergerakan reflek seorang wanita 1/2 telanjang. Sesudah mereka mengetahui jika tamunya ialah saya mereka lantas bersungut-sungut ” sialan, saya kirain room boy, ” kata Bu Vence.
“Iya nih pagi-pagi sudah membuat jantung orang deg-degan,” kata Bu Henny.
Bu Shinta yang berdiri ada di belakang ku ketawa geli sekalian tutup mulut. ” Ini gagasannya Jay lho jangan hiduphin saya,” kata Bu Shinta.

Mereka lantas kembali biasa kembali biarkan buah dadanya bergelantung. Mereka sadar jika saya seringkali menyaksikan mereka telanjang serta telah lebih dari tersebut.
Bu Henny mengepaki pakaian yang hendak digunakannya lantas masukkamar mandi. Saya menanti mereka sekalian mainkan remote kontrol TV. Ternyata sofa di dalam kamar mereka tidak diadakan jadi bed. Saya duduk rileks melihat kanal-chanel tayangan pagi.

Bu Shinta repot dengan belanjaannya tempo hari dan mengemasnya ke koper. Bu Vence masih mondar-mandir cukup dengan celdam. Menonton TV semakin lama saya mengantuk.
Terkejut tiba-tiba langsung sebab ada yang duduk dipangkuanku. Saat kusaksikan ada tetek di depanku dan itu ialah Bu Vence. “Jay sekalian tunggu Bu Henny pijetin donk tetekku, kamu kalau mijet sisi ini paling jago,” ucapnya.

Permohonannya tidak dapat ku tolak. Acara menonton tv menjadi terhambat oleh sepasang susu putih yang menggelembung. ” Aduh Jay sedap, jay, jilat sedikit donk Jay. ”
Bu Vence pagi-pagi begini ingin dirangsang. Bu Shinta tadi repot bersiap telah duduk di sebelahku. Awalnya ia memberi komentar mencemooh Bu Vence, pagi-pagi sudah on. Tetapi Bu Vence tidak peduli justru menggelinjang-geliat di pangkuanku.

Mungkin ia terangsang hingga tangannya selanjutnya meremas-remas penisku di luar. Tidak senang di luar tanggannya dipaksa menerobos celana ku di atas. Penisku digenggamnya walau tetap terhambat celana dalam. Ia lantas berusaha buka celana ku sampai penisku bisa nikmati udara bebas. Penisku dikocak-kocok Bu Shinta. Saya menjadi semakin terangsang karena ke-2 STW ini.

Saya lantas tawarkan ke mereka berdua untuk makan pagi O. Mereka bertanya apa itu, Ke-2 nya lantas ku pemain tengah ke kamar tidur dan Hu Shinta kuminta buka lagi pakaiannya dan Bu Vence buka celananya. Bu Vence saya oral dan ko tusuk jariku ke vaginanya. Sehubungan ia telah mendapatkan foreplay lama karena itu cukup 2 menit telah menggelepar nikmat. Bu Shinta kutarik celana dalamnya dan saya mulai mengoral. Baru saja mulai, masuk Bu Henny. ” Eh kalian apa-apan pagi-pagi sudah pada begituan,” ucapnya sekalian jalan dengan berbalut handuk.

Bu Shinta tidak peduli di justru mengerang-erang nikmat. Bu Henny sekalian berdiri memerhatikan perilaku kami. Dan Bu Vence tidur terlentang mirip orang tidak sadarkan diri.. Bu Shinta cukup lama , semakin lama dari Bu Vence baru ia menjerit karena orgasme.

“Ah sialah kalian gua menjadi ingin , mari saat ini gantian gua,” kata Bu Henny.
Bu Henny lantas ambil posisi terlentang pada tempat tidur dan saya selekasnya mengolah pelan-pelan. Saya tidak mengawali dari oral di vagina, tapi menciumi dadanya, putingnya lantas turun ke selangkangannya. Sesudah berasa ada cairan membasahi sela vagina bu Henny saya baru mengawali ritus oral. Bu Henny saat ini mendesah-desah. Tetapi karena saya lakukan oral yang optimal pada titik didih bu Henny karena itu sekitaran 5 menit ia telah berteriak kenikmatan..

Usai telah 3 hamburger Big Mek saya lahap pagi hari ini. Cairan 3 wanita itu berselemak disekitaran mulutku. Saya bangun dan membereskan baju lantas bersihkan diri ke kamar mandi. Saat sebelum saya tinggalkan kamar saya meminta ke mereka supaya telah turun kebawah untuk makan pagi pagi saat sebelum jam 9. Saya meminta membawa barang yang penting dibawa, supaya usai makan pagi tidak butuh naik ke kamar kembali.

Saat saya masuk ke dalam kamarku Bu Dina dan Bu Venny telah rapi. Baru satu hari barang belanjaannya banyak. Saya mengingati lagi loyalitas saat sebelum pergi supaya tidak beli oleh-olehan dan berbelanja barang. Kelak akan kewalahan dan berat. Apalagi perjalanan masihlah jauh dan panjang.
Mereka pada akhirnya janji tidak berbelanja kembali terkecuali yang hendak mereka gunakan. Tempat perbelanjaan di muka ada banyak dan semakin memikat, seperti Paris, Madrid, Berlin dan ada banyak yang lain.

Kami lantas bersamaan keluar kamar. Sekalian ke arah lift kami singgah di dalam kamar samping dan sesudah di ting tong penghuninya keluar secara gantengg seger-seger. Di lobby saya telah dinanti sich Vonny, wuihh cakep nih bule dan supir limosin. Vonny kuajak masuk coffe shop untuk makan pagi. Ia nolak ucapnya telah makan pagi, tetapi selanjutnya nurut saat saya meminta kenalan dengan anggota kelompok.
“Buset dah sang Jay ucapnya tidak pernah ke Belanda, tetapi pagi-pagi begini sudah didatangi cewe Belanda, mana cakep kembali,” goda Bu Henny.

Saya kenalkan satu-satu anggota kelompok dan ke anggota kelompok saya terangkan jika Vonny ialah pemandu yang hendak jadi penerjemah sekalian guide.
Usai sarapan hampir jam 10 kami pergi dengan mobil memiliki delapan orang. Woiih mercy kembali, saya takjub. Pengemudinya belanda totok, Vony duduk ada di belakang bersama ibu-ibu dan saya duduk di muka menemani Pengemudi.

Dengan lagak bahasa Belanda saya tegur supir, bunyinya saja dech ya ” guye morgen,” di menyambut dalam bahasa belanda selamat pagi. ” Hu hate met yo,” di jawab gud,” Lantas ia bertanya saya apa dapat bahasa belanda ” Mbeitje”. Ya sedikit saja yang ku tahu.

Peringatan ini cuma untuk cairkan situasi supaya tidak kaku dengan pak Pengemudi. Ada di belakang sang bule Vony sedang diwawancarai sama mak-mak, sampai ia kebingungan ingin jawab, setelah semua pada tanya.
Kami berkunjung museum Heineken, pabrik bir yang punyai museum. Saya di situ senang menenggak bir. Disana kami ke seks museum. Wah ibu ibu pada cekikikan menyaksikan beragam alat peraga. Jika mereka pergi ama suami dan tentu ada beberapa anak tidak mungkin lawatan ke arah tempat ginian..
Perut mulai keroncongan, saya meminta pak Pengemudi untuk ke arah salah satunya restaurant Indonesia di Amsterdam. Untungnya waiternya beberapa orang Indonesia, menjadi komunkiasi tidak repot. ‘’ Eh lha kok ada gado-gado, ” kata Bu Shinta.

Sesudah kenyang saya meminta pak Pengemudi arahkan kendaraan cukup keluar kota ke arah pasar Keju. Disitu beragam jenis keju di jajakan. Ibu-ibu telah histeris ingin beli berbagai macam keju, tetapi kuingatkan jika perjalanan masih panjang. Mereka pada akhirnya beli ala-ala kandungannya sekedar untuk icip-icip.
Ada satu dusun apa namanya ya saya lupa, Saya telah janjian di situ ada acara belajar mengolah masakan Belanda. Panorama luar kota yang menarik dengan kincir angin. Sebuah rumah yang kami incar kebenaran dekat juga dengan kincir.

Kami disongsong dan kelompok dibawa ke sisi belakang bangunan. Di situ ternyata telah dipersiapkan beragam bahan makanan dan bahan kue. Pemiliknya ibu-ibu gemuk Belanda totok, tetapi tetap dapat bahasa Inggris. Disini Vony berperanan, Dia menterjemahkan keterangan berkenaan resep dan langkah mengolah. Sementara mereka repot dan asyik saya pinjam sepeda dan berkeliling-keliling dusun dengan sepeda.
Dua jam lebih mereka asyik secara beragam resep makanan dan kue. Sementara sang Vonny tidak cuma repot menterjemahkan, tapi juga ribet menulis resep yang ditranslate dengan bahasa Indonesia.

Muka senang kelihatan dari ekspresi wajah anggota kelompokku. Mereka beri pujian acara yang saya atur ini hari. Saya ucapnya berpotensi menjadi tur leader. Sebagian dari mereka walau kerap ke belanda, tapi konsentrasi perhatiannya cuma berbelanja dan tempat lokasi yang biasanya didatangi wisatawan. Sedang acara yang saya atur sedapat mungkin mereka dapat rasakan kehidupan Belanda. Kelak jika balik lagi dari tur saat sebelum berangkat lagi ketanah air akan ada acara yang ramai dan mustahil mereka memperolehnya tanpa bersamaku. Saya akan menulisnya pada adegan selanjutnya.

Sesudah kembali lagi ke hotel, anggota kelompokku merekomendasikan supaya Vonny diajak saja keliling Eropa, ia orangnya baik dan smart. Saya lantas menjelaskan jika masih tetap ada vonny vonny yang lain menanti di setiap negara, tenang saja.
Sesudah mandi dan tubuh fresh kembali, ibu-ibu bertanya apa acara malam hari ini. Saya terangkan jika malam hari ini kita perlu cepat tidur, karena esok pagi sekali harus telah ada di stasiun kereta untuk ke arah Brusel. Kami makan malam di restaurant di hotel yang rupanya menyajikan menu prasmanan dari beragam hasrat, mulai dari oriental sampai Eropa.

Jam 9 kami telah kembali lagi ke kamar masing-masing. Matku masih fresh belum mengantuk, Bu Henny dan Bu Venny pun demikian. Ia cuma ganti pakaian tidur, sedang saya menggunakan celana pendek dan kaus oblong. Bel kamar mengeluarkan bunyi dan saya cepat-cepat membuka pintu. Ternyta 3 ibu-ibu barusan langsung menggempur masuk kamar. Situasi menjadi seperti pasar, semua berceloteh. ” Eh di Amsterdam ini tontonan life shownya ucapnya bagus lho, apa kita tidak menonton, ” bertanya Bu Shinta.

Saya menerangkan wilayah lampu merah tempat atraksi itu cukup riskan. Saya cemas jika kita ke sana justru diperas. Mereka pada akhirnya memahami, kenapa saya tidak mengacarakan menyaksikan live show.
” Udahlah daripada menonton live show di luar, di sini saja kita bikin live show,” kata Bu Vence. Ibu ibu tidak memahami saya tidak memahami.

“Begini kita bikin acara live show, sang Jay pemainnya dengan satu dari kita,” kata Bu Vence.
Tidak kusangka semua emak-emak itu justru semangat dan sepakat dengan ide bu Vence. Saya lantas berpikiran bagaimanakah cara pilihnya. Datang -tiba masuk gagasan buat arisan. Tujuannya saya membuat gulungan kertas dan dalam kertas itu saya tulis no urut 1 sampai 5. Siapa yang bisa no 1 dia yang hendak jadi pasanganku pertama. Ok semua sepakat dan memulai lah dikocak.

Pemegang No 1 rupanya Bu Henny. Ia tersipu-sipu malu. Yang lain bertepuk tangan. Saya lantas atur panggung yakni sofa bed dan di sekiliingnya ku gelar bed cover hingga ibu dapat menonton sekalian lesehan di bawah.
Lagu dari aliran hotel dikeraskan volumenya.Saya pilih lagu classic. Saat sebelum saya mengawali atraksi saya minta suasan yang imbang. Semua pemirsa kuminta telanjang. Semua sepakat lantas membuka pakaian. Jadilah kami bereman bugil. Saya berbisik kepda Bu Henny, supaya ia berpura-pura mendesah dan cukup memperkeras suaranya. Ini maksdunya untuk membikin beberapa pemirsa iri dan semoga mereka akan teraniaya karena terangsang. Bu Henny sepakat dan menggangguk.

Saya masuk ke dalam kamar mandi dan menyabuni kemaluanku hingga harum, Bu Henny lakukan hal sama. Kami keluar kamar mandi bergandengan dengan telanjang.
Kami duduk di pinggir sofa bed lantas saya mulai mencium bibir bu Henny dari sikap duduk pada akhirnya Bu Henny menarik badanku sampai saya menindih tubuhnya. Saya entahlah berpotensi, atauentah karena dorongan ingin mengimingi pemirsa dapat beraga bermain dengan hot.

Bu Henny yang saya ciumi ke-2 putingnya mulai menggelinjang-geliat sekalian mendesis dan mengeluh. Saranku di ikutinya. Dengan pergerakan lamban meng ikuti irama lagu classic saya mulai menciumi kemaluannya. Bu Henny semakin mengeluh keras. Ia rupanya berpotensi juga. Saya putar posisi hingga kami menjadi 69. Bu Henny melumat batangku sekalian bernada seperti mengisap kuah di sendok, atau mirip orang kepedasan.

Beberapa pemirsa saya lirik mulah terdiam dan semua diam. Sekalian saya mengoral Bu Henny jariku masuk ke vaginanya. Kami bermain nyaris 30 menit yang lalu Bu Henny berteriak dengan irama yang benar-benar menggairahkan. Ia betul-betul capai orgasme. Saya mengganti posisi Bu Henny supaya kami dapat bermain dog model, lantas beganti posisi WOT, berbeda kembali Bu Henny duduk di pangkuan ku. Kami bermain sampai sekitaran 10 posisi kamasutra.

Kulirik ibu-ibu pemirsa mulai resah. Kembali lagi ke posisi MOT saya menggnjot keras sekalian bernada dan Bu Henny melenguh saya nyaris capai tetapi sudah terburu di dahuli bu Henny di mengeluh panjang sekali dan saya mau tak mau stop sesaat. Sesudah O nya surut saya memacu lagi secara kasar dan saat akan ejakulasi kutarik batangku dan ku lepas di atas perut Bu Henny.
Semua pemirsa tepok tangan. Walau sebenarnya awalnya saya melihat mereka menekan-nekan susunya dan tangannya menangkup dikemaluan. Horny beberapa pemirsa ternyata.

“Wah sialan shownya menggairahkan benar,”
“Iya nih gua sampai becek,”
Saya bangun ke kamar mandi dan bersihkan batangku dengan sabun dan menyiram badanku dengan cologne. Kembali dengan tangkai yang sempoyong lemas bergantung. Lantas menanyanyakan apa show ingin diteruskan.
“Memang situ masih kuat, “bertanya bu Shinta.
“Kita saksikan saja kelak, saya siap hadapi 5 lawan sekaligus, “kataku sumbar.
“Lanjut,” kata Bu Dina.
Saya lantas bertanya siapa tadi dapat gulungan no 2.
Rupanya Bu Vence.

Ia kupersilahkan naik ke pentas dan kuminta mengoralku supaya penisku bangun. Ia menurut, karena ia ternyata telah terangsang berat. Ini berasa dari pergerakannya mengorlaku dengan semangat. Batangku yang lemah, di sedotnya kuat-kuat seperti mengisap darah dari badan lain supaya bergabung ke penis.

Saya mulai beradegan mengerang-erang. ” Mari Ven sikat terus, ” kata Bu Shinta.
Barangku perlahan-lahan mulai bangun hingga kemudian keras cukup prima. Saya merasa tidak butuh mengoral Bu Vence. Saya segera merengkuh ia dan atur supaya ia ada di atas duduk besimpuh. Pergerakannya tidak kareuan karena ia mengernang sekalian meremas sendiri susunya. Permainan dengan Bu Vence cukup 10 menit ia telah games dan roboh.

Saya merasa ejakulasiku masih lama. Saya lupa menerangkan sebelumnya jika selainnya saya semakin mengusai lakukan terapi frefleksi dan hipnoterapi, saya mempelajari latihan pernapasan. Olah napas ini benar-benar menolong pengaturan diri, termasuk pengaturan ejakulasi.

ialah Bu Dina. Ia ambil posisi rebah dan saya mulai merayap di atas badannya. Saya mengawalinya dengan menciumi ke-2 putingnya. Bu Dina yang susunya besar, mendesis-desis. Tangkai penisku yang dari barusan menanti gantian selekasnya kubenamkan ke badan bu Dina. Ia berteriak saat batangku menyingkap rongga vaginanya. Ia berteriak bukan memberikan merasa sakit, tapi di berteriak karena sedap.
Saya mulai memacu dengan pergerakan lambat sekalian cari posisi yang paling dirasakan sedap oleh Bu Dina. Saat saya baca responnya ia mendesis-desis karena itu saya berusaha bertahan di posisi tersebut. Pergerakan semakin ku mempercepat dan sekitr 7 menit Bu Dina telah menjerit orgasme.

Pemegang No 4 ialah Bu Venny. Ia segera tidur terlentang dan ke-2 kakinya ditekuk. Saya disuruh mengoralnya dahulu. Apa kata beberapa tuan putri saya harus menurutinya. Saya selekasnya mengoral. Clitorisnya telah mengeras. Saya lantas memfokuskan ke tonjolan tersebut. Ia mengeluh dan menggeliat saat lidah ku sapu clitnya. Saya masukkan jariku ke sekalian mengelus elus lubang vaginanya. Tidak ada 5 menit dan belum orgasme ia telah tarik badanku ke atas supaya saya menindihnya dan ia buruburu masukkan batangku ke vaginanya.

Demikian tenggelam saya selekasnya mengenjotnya. Ia mengeluh berulang kali dan mendadak menarik bokongku kuat sekali lantas ia melenguh panjang. Beliau nyampe dan tepok tangan terdengar kembali.
“Jay bersihkan dahulu Jay,” kata Bu Shinta yang menggenggam undian no 5. Saya tidak menentang dan jalan ke kamar mandi membersihan sekitaran kemaluanku dengan sabun sampai 2x dan tubuhku kembali kusiram cologne. Wewangian fresh terpancar dari badanku hingga semangatku kembali bangkit.

Bu Shinta mintaku tidur terlentang ia akan lakukan woman domination. Dijilatinya ke-2 putingku lantas perutku lantas paha dan turun ke lutut. Lutut ialah kekuranganku. Saya merasa benar-benar kegelian bila lutut dijilati ini, saya menggeliat kegelian. Ia semakin semangat saya semakin kegelian. Untunglah ia selekasnya naik dan mengulum penisku. Saya mulai beradegan dengan suara erangan. Bu Shinta semakin semangat. Rupanaya ia menjadi tambah on hingga Ia selekasnya menempatiku dan batangku ditelan oleh vaginanya..

 

MONA4D

Artikel Bokep

Create Account



Log In Your Account